Februari 05, 2009

^ Untukmu Ukhti wa Akhi...


HIKMAH MEMPERTAHANKAN HARGA DIRI

Ukhti wa Akhi...,,
Kita berharap semoga Allah Swt. memberi kesempatan pada kita untuk mengenal diri agar kita tidak tertipu dengan topeng duniawi ini. Mengenal diri adalah syarat untuk menjadi lebih baik. Tidak mungkin, kita bisa memperbaiki orang lain, jika kita tidak bisa memperbaiki diri. Tidak mungkin, kita bisa memperbaiki diri jika kita tidak berani jujur terhadap diri sendiri.

Allah adalah Al-Kabiir. Jagat raya yang demikian besar sepenuhnya ada dalam genggaman Allah. Dalam pandangan Allah, semua itu sangat kecil dan tidak ada harganya. Manusia hanya mengaku-ngaku saja. Dunia hanya tempat singgah sementara. Itulah sedikit makna Allahu akbar..

Karena itu, tatkala kita mendengar kumandang adzan, semua urusan duniawi menjadi kecil. Bisnis, rapat, pekerjaan, atau uang semuanya menjadi kecil. Allah-lah Yang Mahabesar hingga kita bersegera menuju panggilan tersebut.

Dengan memaknai Allahu akbar, tidak akan terlintas dalam diri kitauntuk menjadi pengecut. Musuh, adalah bonus yang diberikan Allah kepada kita. Musuh, adalah ladang amal. Orang yang mengenal Allah akan menjadikan kalimat "Laa khaufun 'alaihim walaahum yahzanuun", tidak ada yang ditakuti kecuali Allah, sebagai prinsip hidup.

Harga Diri

Menganggap dunia kecil, buan berarti kita harus meremehkannya. Tujuannya, kita harus mengantisipasi agar tidak menjadi penjilat. Salah satu ciri pribadi bermutu adalah pribadi yang tidak menjilat kepada sesama manusia. Boleh kita bergaul rapat dengan manusia, tapi hati kita jangan pernah berharap dari mereka. Harapan kita hanya kepada Allah semata.

Kemuliaan harga diri adalah harta kita sesungguhnya. Bila kita mengenal Allah Dzat Yang Mahabesar, maka tidak ada tempat bagi kita untuk merasa besar. Konsekuensinya seperti pipa U. semakin kita mengangat diri, maka akan semakin jatuh pula kita dibuatnya. Sebaliknya, semakin kita menekan diri ke bawah (rendah hati), maka akan semain naik pula harga diri kita. Allah Swt. sudah mendesain hati kita untuk tidak menyukai kesombongan dan menyukai orang yang rendah hati.

Kenikmatan yang hakiki adalah ketika kita bisa memberikan manfaaf bagi orang lain, bukan mendapatkan dari orang lain. "Khoirunnas anfa'uhum linnaas...". Sebuah pohon yang akarnya menghujam ke bumi, akan menjadi pohon yang kokoh. Tapi, pohon yang akarnya tidak menghujam ke bumi, niscaya akan menjadi pohon yang rapuh. Demikian pula dengan manusia.

Pribadi yang kokoh dalam hidup, walau dicaci maki, difitnah, dibenci, adalah pribadi yang pribadinya menghujam ke bumi rendah hati. Sebaliknya pribadi yang rapuh adalah pribadi yang sombong dan terlalu berharap dari orang lain. Kebahagiaan yang sejati tidak datang dari orang kepada kita, tapi datang tatkala kita bisa berbuat untuk orang lain.

Kekuatan Iman

Bukankah ingin dihormati adalah standar dari manusia??? Benar, tapi kita harus berusaha membelokannya. Bagi kita cukuplah pujian dan penilaian Allah saja. Semakin kita tidak condong kepada duniawi, maka kita aan semakin bahagia dalam hidup. Karena itu, sesulit apapun situasi yang kita hadapi, maka kita harus mati-matian menjaga kehormatan diri.

Inilah yang dinamaan dengan kekuatan iman. Kita harus menjalani setiap langkah dengan penuh perhitungan, penuh perencanaan, dan penuh kemuliaan. Jika kita sanggup melakukan hal ini, kita tidak perlu takut mati kapanpun, karena itulah keberuntungan kita. takutlah kita jika hidup tergadai kemuliaannya. Kita harus berani tampil apa adanya.

Setiap kali kita mendapatkan sesuatu, maka pastikan harga diri kita lebih bernilai dari apa yang kita dapatkan. Saat kita mendapatkan uang, pastikan kemuliaan kita jauh lebih tinggi dari uang tersebut. Uang itu tidak lama, namun kehormatannya akan terus melekat. Keyakinan kepada Allah harus kita buktikan dengan selalu menjaga kehormatan. Moto kita, adalah melakukan yang terbaik bagi dunia dan bermanfaat bagi akhirat.

Inilah yang dimaksud dengan ma'rifatullah, mengenal Allah. Ma'rifatullah bukan tempat menyebunyikan kemalasan kita. Jangan menyembunyikan kelemahan dan kemalasan diri di balik kata sabar, tawakal, ridho, dan lainnya. Keimanan pada Allah harus diwujudkan dalam bentuk produktivitasnya. Ya, tujuan hidup kita adalah, mati di jalan Allah dengan terhormat dan mencapai surga-Nya kelak.

Wallahu a'lam bis showab...



Veshti, Solo 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar